Ibu Febriana Ndaru Rosita, M.Psi. yang sering disapa dengan Ibu Sita menjelaskan bahwa seksualitas adalah dorongan seks atau kehidupan seks. Remaja khususnya SMA sudah mulai mengenal kehidupan seks. Dengan demikian, remaja SMA sangat memerlukan pendidikan seksual supaya mengetahui informasi yang benar tentang pendidikan seksual mengenai fungsi, peran, dan proses reproduksi. Selain itu, supaya remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya.
Banyak hal yang dijelaskan oleh Ibu Sita mengenai pendidikan seksual dari aspek psikologi antara lain: arti seksualitas, jenis kelamin dan gender, orientasi seksual, gangguan seksual, bahaya perilaku seksual bagi remaja, bahaya gambar/film porno, seks yang sehat, pacaran yang sehat, dan menjadi remaja yang sehat dan berprestasi.
Orientasi seksual adalah ketertarikan terhadap jenis kelamin yang berbeda. Orientasi seksual itu bisa bermacam-macam, antara lain heteroseksual, homoseksual, biseksual, dan transgender. Pendidikan seksual sangat penting bagi remaja supaya mereka tidak terjebak dalam pergaulan yang salah sehingga mengakibatkan gangguan seksual.. Ibu Sita menjelaskan bahwa ada berbagai macam gangguan seksual, antara lain: disfungsi seksual, pedofilia:, zoofolia (Bestilitas), Necrophilia,Voyeurism, frotteuristic, fetishistic, Machosisme, Ekshibisionisme.
Ibu Sita berpesan agar remaja jangan sampai kecanduan gambar atau film porno. Film porno dan gambar porno dapat merusak bagian otak PFC yang mengakibatkan hilangnya konsentrasi, berkurangnya kemampuan menimbang antara yang benar dan salah, berkurangnya mengambil keputusan. Jika kecanduan terhadap gambar atau film porno ini dibiarkan, remaja dapat melakukan masturbasi, oral sex, hubungan suka sama suka, dan berganti-ganti pasangan.
Kehadiran dan penjelasan Ibu Sita ini disambut dengan antusias oleh peserta didik Kelas X dengan berbagai macam pertanyaan seputar cara berpacaran yang sehat, cara remaja melindungi diri dari pelecehan seks, penyebab gangguan seksual, dan sebagainya. Dalam kesempatan itu, beliau berpesan agar peserta didik bertanggung jawab pada tubuh sendiri karena konsekuensinya ada dalam diri sendiri.
Selain sex education ditinjau dari aspek psikologi, peserta didik Kelas X ini juga mendapatkan informasi mengenai pendidikan seksual dari aspek biologi. Sebagai narasumber sex education dari aspek biologi adalah dr. Juliani Dewi. Beliau memberikan materi dengan judul Sexual Health.
Dokter Jul menjelaskan bahwa hubungan seksual hanya boleh dilakukan setelah menikah. Para remaja yang mempunyai usia produktif sering terjebak dalam penyimpangan hubungan seksual. Akhirnya yang menjadi korban adalah wanita karena mengalami kehamilan. Dampak terjadinya kehamilan ini adalah malu, takut dan merasa bersalah, tidak konsentrasi sekolah, dikeluarkan dari sekolah, kesulitan mencapai cita-cita, dan bahkan banyak remaja yang melakukan aborsi.
Pada kesempatan itu dr. Julia Dewi menjelaskan ciri-ciri remaja yang sudah produktif, proses pertemuan sel telur dan sperma, sistem reproduksi, cara menjaga kesehatan alat vital bagi remaja, pemilihan model celana dalam yang benar sesuai standar kesehatan, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks bebas dan cara menanggulanginya, macam-macam alat kontrasepsi,
Peserta didik Kelas X sangat antusias dalam mengikuti webinar Sex Education inii dengan berbagai pertanyaan mengenai sistem reproduksi. Di akhir webinar, dr. Jul berpesan bahwa kita harus menjauhi seks bebas dan seks yang sehat adalah jika sudah menikah.
C. Endang S.W.